DOLAN KE BOROBUDUR INTERNATIONAL FESTIVAL DAN SEKITARAN CANDI BOROBUDUR

BOROBUDUR INTERNATIONAL FESTIVAL Anyyeong georges, bulan Juli kemaren ini jadi bulan yang random dan absurd banget di kehidupan saya...


BOROBUDUR INTERNATIONAL FESTIVAL

Anyyeong georges, bulan Juli kemaren ini jadi bulan yang random dan absurd banget di kehidupan saya selama 2017. Banyak banget hal nggak terduga yang saya alamin dan saya lakukan. Salah satu dari sekian banyak hal tak terduga itu adalah, bisa berkunjung ke Borobudur International Festival. Event ini merupakan event 4 tahunan yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata di Candi Borobudur, dan berlangsung dari tanggal 28 – 30 Juli 2017. Tapi saya cuma ikut acaranya tanggal 29 Juli 2017.
Tanggal 29 Juli 2017, pukul 11.00 WIB saya berangkat dari Semarang bersama Mbak Mara naik motor menuju ke Magelang. Yakk benar sekali, kita adalah Anak Jalanan (wanita-wanita tangguh) yang berjuang demi nonton BIF sekalian liburan ke Magelang. Kita sampai di Magelang sekitar pukul 13.00 WIB, pas banget waktunya makan siang. Langsung aja dong kita pergi makan sambil leyeh-leyeh selonjoran dengan muka kucel yang habis diterpa angin dan polusi jalanan.



By the way, kita dapet akses masuk free pass karena kita merupakan anggota GenPI Jateng. GenPI Jateng aposeh Lee? GenPI (Generasi Pesona Indonesia) Jateng ini sekumpulan anak muda yang kece dan gahul macem saya yang membantu mempromosikan serta memperkenalkan destinasi pariwisata ke kancah International. Weleh-weleh keren nggak tuh? Hayo sok atuh follow sosmed nya di @genpijateng biar tau. Pukul 17.30 WIB kita berangkat ke Komplek Candi Borobudur dan menuju ke Taman Lumbini, tempat dimana Borobudur International Festival diselenggarakan. 



Sebelum acara dimulai, para penampil pada foto dulu nih di depan panggung, dan banyak juga pengunjung yang ikut berfoto sama penampil. Sayangnya saya nggak sempet ndusel ikutan foto sama penampil karena banyaknya yang minta foto, akhirnya saya cuma foto foto mereka yang udah pose aja deh.
(aduh maaf banget yo mas, muka mu rak ketok)

Tepat pukul 19.00 acara dibuka oleh mas Fahmi dari Magelang, yang menjelaskan tentang event-event yang diadakan selama acara BIF, yaitu food festival, pameran budaya, serta pagelaran seni yang di ikuti oleh seniman Indonesia dan juga seniman luar negeri, seperti India, China dan Jepang. Dengan adanya event BIF ini, harapannya bisa menarik wisatawan local maupun manca Negara untuk berkunjung ke candi Borobudur dan sekitarnya.




Penampilan pertama kita langsung disuguhkan dengan yang panas panas seperti api cinta ku padamu #OposihLee, yaitu Perang Obor dari Jepara. Baru awal penampilan tapi yang nonton udah bejibun memadati arena panggung, luar biasa sekali pemirsa.



Penampilan kedua yaitu, Tari Lengger Lanang dari Kabupaten Banyumas.

Nah sebelum ada penampil ketiga, disisipin deklarasi dari GenPI Jateng di 6 Karesidenan. Mas Shafiq selaku ketua GenPI bilang “Semoga kami (GenPI Jateng) bisa mempromosikan pariwisata Indonesia khususnya Jawa Tengah agar makin dikenal di masyarakat luas”.


Lanjut ke panampil ketiga, ada penampilan Tari Gandrung dan Tari Tanjung Menangis dari Nusa Tenggara Barat.  Tari Gandrung awalnya digunakan untuk menghibur para prajurit setelah pulang dari medan perang. Katanya sih tari ini udah ada sejak jaman Majapahit loh, lama banget kan yhea. Kalau Tari Tanjung Menangis ini mengisahkan tentang putri raja yang mengidap suatu penyakit, karena penyakit itulah sang Raja mengadakan sayembara dimana kalau wanita yang berhasil menyembuhknnya maka akan dijadikan saudara sang putri, akan tetapi jika seorang lelaki yang berhasil menyembuhkan maka sang Raja akan menikahkan ia dengan sang putri. Suatu hari ada seorang kakek yang berhasil menyembuhkan sang putri, akan tetapi karena Raja tak ingin putrinya menikah dengan sang kakek, Raja mengingkari janjinya itu. Sang kakek yang merasa ditipu, kemudian kembali ke asalnya dengan sampan yang ia labuhkan di tanjung. Putri yang mengetahui hal tersebut mengejar sang kakek dan berlari ke tanjung dengan menangis dan akhirnya tenggelam di tanjung tersebut.



Selain nonton pertunjukan yang dibawakan oleh penampil, kita juga sempet mengelilingi stand food festival yang ada disana, banyak banget makanan yang dijual mulai dari bakmi jawa sampai ayam geprek pun ada disana. Karena sudah malam, saya nggak berani makan berat karena takut gendut L jadi saya memutuskan untuk membeli Kopi Liar Lereng Manoreh untuk oleh-oleh papi saya dirumah.

DOLAN SEKITARAN CANDI BOROBUDUR

Keesokan paginya, tanggal 30 Juli 2017 pukul 04.00 WIB saya sudah dibangunkan Mbak Mara, untuk siap siap pergi ke Punthuk Setumbu melihat sunrise. Jarak antara punthuk setumbu dan penginapan sekitar 5,3 Km. Deket banget kan? Tapi jangan salah, medan yang kita lalui juga nggak main main karena kita harus melewati jalan berkelok dan naik turun. Untung mbak Mara wonderwoman coba kalo mbak Mara catwomen, belum tentu doi dan saya bisa sampe ke Punthuk Setumbu.
Masuk ke kawasan Punthuk Setumbu kita dikenai tiket Rp. 15.000/orang. Untuk sampai ke Punthuk Setumbu kita msih harus jalan kaki naik. Psstt untuk kalian yang mau kesini jangan lupa pakai sepatu kets ya soalnya jalanan disini licin. Waktu sudah sampai diatas, sepertinya matahari tertutup awan sehingga kita tidak bisa melihat sunrise secara maksimal. Jadi ya kita foto-foto di spot spot kece yang ada disini ajah.



Walaupun gagal melihat sunrise di Punthuk Setumbu, kita masih ingin melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yaitu ke Rumah Doa Bukit Rhema atau lebih dikenalnya sebagai Gereja Ayam, tempat syuting AADC2 itu loh. Oke, perjalanan menaiki jalan yang lumayan terjal pun kita lalui lagi demi melihat keindahan Rumah Doa Bukit Rhema.
Untuk memasuki kawasan Rumah Doa Bukit Rhema, kita dikenakan biaya masuk lagi yaitu Rp. 15.000/orang. Tapi tiketnya jangan kalian buang ya, soalnya ntar tiketnya bisa ditukerin sama ketela goreng di restoran yang ada di Rumah Doa.



Perjalanan ke Rumah Doa Bukit Rhema sama sekali nggak terasa, walaupun kalau dipikir-pikir cukup jauh juga kita berjalan. Soalnya kita ditemenin sama 3 anak anak asli dari daerah sana yang bernama Hilal, Izam dan Agung, oh iya dan juga marmut kesayangan mereka.




Sampai di Rumah Doa, suasana disana cukup sepi karena memang masih pagi dan kebanyakan wisatawan masih berkumpul di Punthuk Setumbu, jadi kita bisa puas puasin foto disini. Hal yang agak disesalin adalah, harusnya kita menunggu sunrise disini saja soalnya diatap Gereja kita bisa melihat sunrise dengan jelas. Tips buat yang mau nonton sunrise, mendingan kalian langsung datengnya kesini aja, soalnya di Punthuk Setumbu rame binggow shay.
Yakkk mungkin segitu dulu cerita liburan yang bisa saya share ke kalian. Semoga bermanfaat, hope you enjoy it.

You Might Also Like

3 comments

  1. Huwaaa, asiknya yang ikut nonton Borobudur International Festival. Seneng ya, Lee bisa kulineran juga ngincipi kopi dan jajanan setempat

    BalasHapus
  2. Ah hepi bisa ikutan BIF bareng kalian semua, seruu...

    BalasHapus
  3. Wah sayang aku belum sempat ke BIF, keren, kalau ke candi Borobudur sudah 3x, ah pengen ke goa rema dan punthuk setumbu juga nih 😊

    BalasHapus