Review Series
REVIEW 13 REASONS WHY (SERIES) AND ALL ABOUT BULLYING
Selasa, Juli 25, 2017
Baru baru ini saya
marathon nonton series 13 Reasons Why berkat rekomendasi salah satu akun film
di twitter, iya saya anak twitter banget jadi saya lebih update di twitter
daripada di blog. 13 Reasons Why menceritakan tentang kehidupan Hannah Baker
dan bagaimana ia memutuskan untuk bunuh diri. Sebelum bunuh diri Hannah Baker
membuat 13 rekaman di dalam kaset dan memberikan kaset tersebut kepada
orang-orang yang menjadi alasan dia bunuh diri. 13 rekaman yang menceritakan
alasan ia bunuh diri akan disajikan pada tiap episode yang totalnya berjumlah
13 episode.
(source: www.google.com)
Series yang ditayangkan
pada saluran berbayar Netflix ini menuai beragam kontoversi mulai dari
keresahan orang tua yang takut anaknya akan memutuskan bunuh diri setelah
menonton tayangan sampai dukungan dari simpatisan terkait depresi yang mudah
menimpa anak anak jaman sekarang.
Terlepas dari hal itu
saya malah sangat menyukai series ini dan saya merekomendasikan series ini
untuk ditonton remaja sambil didampingi oleh orang tua agar sekaligus mengawasi
serta mengedukasi anak anak mereka.
Cerita dimulai ketika 2
minggu semenjak kematian Hannah, teman sekelasnya yang bernama Clay Jensen menemukan
suatu kotak yang di dalamnya berisi kaset kaset rekaman yang dibuat oleh
Hannah. Jika Clay memutuskan untuk mendengarkan rekaman itu maka ia akan
menemukan alasan dan bagaimana cerita kehidupan Hannah Baker. Pergolakan batin
yang sangat rumit terjadi disini, terutama karena sifat Clay yang introvert dan
menurut saya terlalu polos dan egois yang membuat saya ingin marah marah
disepanjang saya nonton series ini. Semengesalkan itulah seorang Clay? Kalau
penasaran tonton saja seriesnya.
Oke langsung aja saya
kasih review menurut saya, sepanjang saya nonton marathon series ini entah
mengapa saya bisa merasakan apa yang dialami Hannah beserta emosi yang tertuang
dalam tiap episode, mungkin ini terasa lebay tapi kenyataannya saya merasakan
emosi itu. Berbagai macam bullying yang diterima Hannah dari teman teman
disekitarnya, sexual harassment dan sexist humor yang dianggap lucu oleh anak
laki-laki dan dirasa wajar dikalangan mereka tetapi tidak untuk Hannah,
penghianatan temannya satu persatu yang diterima Hannah, beban mental yang
diterimanya karena ia dianggap wanita murahan, sampai pada pemerkosaan yang
dialami oleh dia. Semua itu Hannah terima ketika ia masih menjadi pelajar di
sebuah Sekolah Menengah Atas. Jujur saja tiap episode yang saya tonton benar
benar mamainkan emosi saya sebagai seorang wanita. Mungkin sebagaian yang
menonton bakal merasa alasan itu biasa saja, melihat bagaimana di lingkungan
kita kebanyakan orang tidak sadar telah melakukan salah satu alasan tersebut
dan dianggap wajar.
Series ini mengajarkan
kita untuk lebih peduli kepada orang orang terdekat kita, karena kadang orang
yang terlihat baik-baik saja belum tentu dalam keadaan baik. Banyak orang
merasa kesepian, banyak orang butuh teman untuk sekedar jalan bareng dan untuk
berbagi cerita. Orang yang kita anggap wanita murahan belum tentu wanita murahan,
kadang kita terlalu termakan gossip yang beredar disekitar kita tanpa
mempertimbangkan fakta yang sebenarnya. Satu lagi yang sangat relevan pada
kehidupan nyata yang juga tertuang pada series ini yaitu, wanita lebih kejam
terhadap sesama wanita untuk memperlihatkan bahwa ia lebih baik. Di series ini
adegan itu diperlihatkan pada kaset tentang Courtney, dimana ia bersikap “so
nice” but actually not so nice at all. Emangnya apa yang sudah dilakukan
Courtney kepada Hannah sehingga dia menjadi salah satu penyebab Hannah bunuh
diri? Tonton aja seriesnya.
Tindakan bullying memang
menjadi kasus yang banyak terjadi di kalangan pelajar, bahkan ini sudah ada
sejak saya masih piyik. Tindakan bullying sendiri merupakan kesenangan
tersendiri bagi para pelaku, akan tetapi tidak pada korban. Seringnya korban
merasakan depresi karena dengan dirinya di bully otomatis dia tidak mempunyai
teman di sekolah yang menyebabkan dia tidak bisa berbagi cerita ataupun sekedar
berkeluh kesah. Kenapa korban bullying biasanya tidak punya teman? Karena orang
takut berteman dengan korban bullying, berteman dengan orang yang terkena
bullying sama saja dirinya ingin ikut di bully. Miris bukan? Ya tapi itu
merupakan suatu fakta yang terjadi di sekitar kita tanpa kita sadari. Menurut saya
peran orang tua yang bisa menjadi teman dibutuhkan dijaman seperti sekarang
ini, setidaknya anak merasa ada teman ngobrol, memperhatikan dan menyayanginya
di rumah.
Yaaakk mungki segitu
saja yang bisa saya bahas, mohon kritik dan komen J
5 komentar
Selain netflix bisa ditonton dimana? Download kalo bisa hehe
BalasHapusApa punya CD nya? Pinjem
bisa download di torrent kak, atau streaming aja di indoxxi
Hapusketemu saya juga bisa nanti daku kasih heheheh
Selain netflix bisa ditonton dimana? Download kalo bisa hehe
BalasHapusApa punya CD nya? Pinjem
emang bullying itu terkesan sepele tapi membunuh secara perlahan, dan terkadang bisa aja kita ngelakuin hal itu tapi kita sendiri gak sadar
BalasHapusbener banget kak, kebanyakan dilakukan secara nggak sadar juga
Hapus